Sunday, March 16, 2014

#MelawanAsap



Sepertinya negara tercinta kita ini gak pernah kehabisan bencana buat dijadikan trending topics. Di awal tahun 2014 saja, Indonesia sudah diramaikan dengan berbagai bencana seperti meletusnya Gunung Kelud, banjir bandang, Gunung Sinabung dan yang paling gress di bulan maret adalah kebakaran hutan (lagi) yang terjadi di Riau dan berdampak sangat luas ke provinsi di sekitarnya seperti Jambi dan Sumatera Barat.

Baiklah gw gak akan membahas tentang Gunung Kelud walaupun sempat membuat adik gw gagal terbang ke semarang atau Gunung Sinabung yang erupsinya berlangsung lebih 4 bulan. Disini gw akan membahas tentang kebakaran yang terjadi di Riau. Bencana ini sempat menjadi trending topics di Twitter dengan hastag #DaruratAsap dan #MelawanAsap 

Sebagai anak yang lahir dan sempat bersekolah di Riau, Pekanbaru. Gw sangat sedih melihat situasi dan kondisi yang terjadi. Bagaimana nggak, kualitas udara di kota-kota di Riau sempat memasuki status SANGAT BERBAHAYA yang dapat diketahui dari indikator kualitas udara. Alat indikator seperti ini (gw gak tau namanya apa) sebetulnya memiliki fungsi yang sangat baik selain untuk mengetahui kualitas udara di daerah tersebut dan juga sebagai indikator dari pencemaran udara. Tidak seperti indikator kulitas udara di kota-kota lain yang asal ada namun gak ada fungsinya seperti di kota Bogor (Di depan DPRD Kota Bogor) atau di kota Padang, Indikator udara di kota Pekanbaru memang benar-benar berfungsi dan yg gw tau kota pekanbaru memang punya hal itu sejak gw kecil dan sampe sekarang masih berfungsi. Kalau menurut gw ini wajar karena Pekanbaru dan sekitarnya memang udah sering mengalami kebakaran hutan jadi kota ini wajib ada alat seperti ini.

Menurut antaranews.com ,Data terbaru yang dihimpun hingga kini kebakaran luasnya sudah mencapai 7.972 hektare. Kebakaran tersebar di beberapa daerah seperti Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Pelalawan, Indragiri Hulu, Siak, Kepulauan Meranti, Kampar, dan Kota Dumai. Kebakaran paling luas berada di Kabupaten Bengkalis yang mencapai 3.513 ha dan Kepulauan Meranti 2.648 ha.Berdasarkan data BMKG Pekanbaru, pantauan satelit Terra & Aqua pada Minggu pagi menunjukkan ada 98 titik panas di Pulau Sumatera yang seluruhnya berada di Riau. 

Upaya yang dilakukan guna memadamkan titik api antara lain menurunkan dua helikopter bantuan perusahaan untuk menjatuhkan bom air di daerah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Bengkalis. Satu helikopter diperkirakan mampu menjatuhkan 1.000 liter air, dan dari darat akan dibantu pemadaman oleh 180 pasukan TNI AD. Proses pemadaman api menurut Sutopo didukung penuh oleh 2500 personil TNI yang dikirim dari Jakarta yang terdiri dari 2 batalyon dari TNI AD, 1 batalyon TNI AU dan 1 batalyon TNI AL untuk memperkuat pasukan kewilayahan di Riau dalam pemadaman titik api dan mempersempit ruang gerak para pembakar dan ilegal logging.

Dengan parahnya kondisi yang menimpa saudara dan keluarga kita di Riau, Jambi, dan Sumatera Barat. Pak SBY dan media lainnya justru sempat-sempatnya sibuk dengan kasus hilangnya Malaysia Airlines yang sudah hilang lebih dari seminggu dan walaupun udah dibantu kurang lebih 10 negara namun juga gak ketemu juga sampe tulisan ini dibuat. Dan hal ini juga membuat kekecewaan di mata masyarakat termasuk gw. Ini ibaratnya "menganak tirikan anak sendiri". Dan hal ini juga disampaikan oleh Pak SBY bahwa dia mendapatkan banyak laporan dan bullyan di sosial media.

Menurut VOA Indonesia, sabtu (15/3/2014), Presiden bertolak ke Pekanbaru Riau untuk melihat langsung situasi kota yang diselimuti kabut asap, serta memastikan operasi tanggap darurat bencana asap berjalan efektif. Rencana awalnya presiden akan mendarat di BIM (Bandara Internasional Minangkabau) kota Padang dan baru berangkat ke kota Pekanbaru. Namun hal itu gagal dikarenakan jarak pandang yang terbatas akhirnya Presiden dan rombongan landing di Batam dan dari sana langsung ke Bandara SSK II (Bandara Sultan Syarif Kasim II) Kota Pekanbaru . Setelah meninjau langsung lokasi kebakaran, Pak SBY mengatakan bahwa ini kejahatan yang dilakukan oleh oknum baik secara individu atau kelompok. 

Sementara itu Juru Bicara Kepolisian Daerah Riau Ajun Komisaris Besar Polisi Guntur Aryo Tejo mengatakan Polda Riau hingga kini telah menahan 48 orang tersangka pembakaran hutan dan lahan. Serta kebakaran Yang terbesar tejadi di kawasan PT Surya Agro Mandiri. Sementara beberapa kasus lainnya tengah diselidiki sampai sekarang.

Dari musibah ini kita dapat belajar bahwa walaupun tidak merusak secara infrastruktur seperti gempa atau banjir bandang, namun kebakaran hutan bisa lebih berbahaya karena efek dari asap ini dapat berlangsung selama 10 tahun (termasuk gangguan pada pernafasan) dan efeknya bisa menyebar sangat luas ke provinsi di sekitarnya. Contohnya saja ke tempat orang tua gw tinggal di Kota Padang, Kalau dilihat dari letak kota yang sudah berada di pinggiran pantai barat sumatera yang juga terkena dampak dari kebakaran ini, jelas kita dapat mengetahui seberapa parah asap di kota-kota seperti Pekanbaru dan sekitarnya. Selain itu, kerugian akibat dari kebakaran ini telah ditaksir mencapai lebih dari 10 triliun rupiah.

Dan sebagai mahasiswa Perkebunan, gw sangat miris melihat kondisi ini. Kebakaran yang terjadi di Riau ini di indikasi merupakan aktivitas oknum dalam membuka lahan untuk perkebunan dimana perkebunan kita seperti Kelapa Sawit itu sudah menjadi pemberi devisa tertinggi untuk sektor perkebunan/kehutanan kita. Memang cara membuka lahan sudah SANGAT DILARANG karena memang mencemari lingkungan, namun kecepatan waktu dan penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit membutakan para pemilik perkebunan dan bukan berarti orang-orang besar tidak mengetahui hal kotor ini.

Bagaimana pun juga, kita harus mendoakan supaya saudara dan keluarga kita yang mendapatkan dampak dari kebakaran ini dapat segera melewati ini semua  dan semoga titik-titik api yang ada dapat segera padam. Amin